Video: Prabowo Instruksikan Bulog Amankan Pasokan & Harga Minyakita
Pernahkah kalian berpikir mengapa harga segelas latte ataupun espresso saat ini semakin mahal? Padahal, Indonesia tercatat sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia pada 2022/2023 yang telah memproduksi kopi sebanyak 11,85 juta kantong, lho.
Meski Indonesia adalah salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, tetapi terdapat beberapa faktor yang membuat harga kopi saat ini semakin melambung tinggi, nih. Berikut sederet alasan mengapa harga kopi sangat mahal. Kira-kira kenapa, ya?
Rantai distribusi yang panjang
Masalah kedua yang menyebabkan pendapatan petani rendah di tengah harga beras Indonesia yang mahal adalah rantai distribusi beras dari produsen ke konsumen cukup panjang.
Hal ini mempengaruhi harga jual beras yang semakin tinggi.
"Kami menilainya dari MPP atau margin pengangkutan dan perdagangan yang dipublish oleh BPS. Untuk beras MPP-nya cukup besar, bisa bisa mencapai lebih dari 40 persen dari harga di pasar bahkan kadang-kadang lebih," kata Acuviarta.
Rantai distribusi yang sangat panjang ini menyebabkan harga beras di tingkat konsumen akhir itu tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan petani.
Baca juga: Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah
Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegar mengatakan, faktor berikutnya yang menyebabkan harga beras tinggi tapi pendapatan petani rendah adalah praktik tengkulak.
Praktik tengkulak beras hingga saat ini masih marak terjadi di mana mereka akan membeli gabah dengan harga rendah sebelum panen.
"Petani yang terjebak pada praktik tengkulak tidak bisa berbuat banyak bahkan saat harga gabah naik, karena yang menikmati marjin adalah tengkulak," ungkap Bhima, dihubungi Kompas.com, Senin.
Penyebab lainnya adalah keterbatasan lahan untuk bertani padi sehingga mengurangi produksi gabah yang dihasilkan.
Bhima menyampaikan, idealnya petani akan memperoleh skala ekonomi apabila lahan yang dikelola minimum 2 hektar. Namun, saat ini sebagian besar hanya menggarap sawah di bawah 0,8 hektar.
Baca juga: Beda Dugaan Penyebab Harga Beras Mahal dan Langka Jelang Pemilu 2024
Penyebab beras mahal tapi pendapatan petani rendah
Ahli ekonomi Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi mengatakan, ada dua faktor yang menyebabkan pendapatan petani di Indonesia tidak sebanding dengan harga jual beras.
Penyebabnya yaitu biaya produksi yang sangat mahal dan rantai distribusi beras yang terlalu panjang.
"Pertama persoalannya biaya produksinya yang mahal dan terus meningkat. Jadi mulai dari pupuk, pestisida sampai bibit itu cenderungnya naik dan mahal," kata dia, saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon WhatsApp, Senin (23/9/2024).
Menurut Acuviarta, sering kali barang yang dibutuhkan oleh petani seperti pupuk untuk proses menghasilkan beras tidak tersedia atau langka.
Alhasil, petani harus merogoh kocek cukup dalam untuk mendapat barang tersebut.
"Padahal pemerintah sudah memberikan subsidi pupuk. Nah ini juga perlu dievaluasi dari sisi produksinya," ungkap Acuviarta.
Di sisi lain, kesejahteraan petani juga tidak signifikan. Acuviarta menyampaikan hal itu bisa dilihat dari nilai tukar petani di mana biaya produksi yang ditanggung petani sangat besar.
Belum lagi, petani juga harus mengeluarkan biaya-biaya terkait dengan konsumsi rumah tangga tani yang terus meningkat.
"Biaya produksi yang meningkat itu tidak sebanding dengan pendapatan yang harusnya mengikuti daya beli petani," kata dia.
Produksi Turun, Harga Gabah Melonjak
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menambahkan hal senada. Dia pun membantah, lonjakan harga dan kelangkaan stok beras khususnya beras premium dipicu gencarnya bantuan beras dari pemerintah.
Menurut Bayu, harga beras yang tinggi saat ini dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara permintaan dengan ketersediaan, alias faktor supply-demand.
Dia memaparkan, sejak tahun 2023 lalu, Indonesia mengalami penurunan produksi di sentra-sentra produksi sampai 2,05%. Yakni, dari sebelumnya 31,54 juta ton di tahun 2022 menjadi 30,90 juta di tahun 2023. Kondisi itu dipicu efek kemarau ekstrem akibat fenomena iklim El Nino.
"BPS telah mengatakan memang produksi kita turun, sehingga supply dan demandnya tidak seimbang. Ini yang membuat harga beras tinggi, yang bisa bikin harga beras turun adalah produksi dalam negeri," katanya saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (13/2/2024).
Kondisi itu kemudian disusul lonjakan harga gabah di tingkat petani, termasuk di sentra-sentra produksi. Bahkan sudah meroket ke atas HPP yang ditetapkan sejak Maret 2023 lalu. Akibatnya, lonjakan harga beras di konsumen tak terhindarkan.
Foto: Menetri BUMN bersama Dirut Bulog pantau ketersediaan beras di ritel modern, Senin (12/2/2024). (Dok. Istimewa)
Menetri BUMN bersama Dirut Bulog pantau ketersediaan beras di ritel modern, Senin (12/2/2024). (Dok. Istimewa)
Bayu mengungkapkan, per 12 Februari 2024 kemarin di Indramayu harga gabah sudah Rp7.350 per kg, sementara beras premiumnya sudah mencapai Rp15.475 per kg. Kemudian di wilayah Karawang harga gabah mencapai Rp7.350 per kg dan beras premium mencapai Rp 14.333 per kilogram. Wilayah Banyumas harga gabah mencapai Rp8.500 dan harga beras premium Rp15.000 per kg, Sragen harga gabah Rp8.100 dan harga beras premiumnya mencapai Rp14.200 per kg. Begitu pun di Ngawi, harga gabah mencapai Rp8.200 per kg dan harga beras premiumnya mencapai Rp15.700 per kg.
"Jadi kondisi harga gabah yang sudah di atas Rp7.500-Rp8.000 an itu terjadi di hampir semua sentra-sentra produksi," ucapnya.
Secara rata-rata harian nasional di tingkat pedagang eceran, Panel Harga Badan Pangan mencatat, harga gabah hari ini, Selasa (13/2/2024), tercatat masih dalam tren naik.
Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani naik Rp30 ke Rp7.100 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp20 ke Rp7.420 per kg. Harga gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan naik Rp30 ke Rp8.200 per kg.
Sepekan lalu, 6 Februari 2024, harga GKP di tingkat petani masih di Rp7.010 per kg, sementara di tingkat penggilingan di Rp7.330 per kg, sedangkan harga GKG di penggilingan masih di Rp8.060 per kg.
Sebagai gambaran, pada bulan Maret 2023 lalu, pemerintah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah lewat Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 6 Tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah Dan Beras.
Untuk harga GKP, di tingkat petani sebelumnya Rp 4.200/kg, naik menjadi Rp 5.000/kg. Lalu di tingkat penggilingan sebelumnya Rp 4.250/kg, naik menjadi Rp 5.100/kg.
Sementara, harga GKG di penggilingan yang sebelumnya Rp 5.250/kg, naik menjadi Rp 6.200/kg.
Sementara itu, pedagang pasar tradisional beranggapan lain.
Sekjen Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Reynaldi Sarijowan menjabarkan penyebab utama lonjakan harga beras yang kini pecah rekor dan makin menjauhi HET.
"Kami mendapati laporan untuk harga beras medium terkerek di Rp13.500 per kg sedangkan beras premium sudah menyentuh Rp18.500 per kg, persoalan harga beras yang tak kunjung menyentuh HET ini akibat pemerintah tidak serius dalam pengelolaan perberasan sejak musim tanam tahun 2022 hingga kini sehingga produktivitas beras kita datanya simpang siur," tukasnya.
"Untuk itu, kami mendorong agar sinkronisasi data antara beras yang disebarkan untuk bansos dan untuk pedagang pasar. Itu penting untuk keberlangsungan pasar agar harga di pasar tidak tinggi," tambah Reynaldi.
Dia pun meminta pemerintah berhati-hati dengan lonjakan harga dan kelangkaan beras di pasar tradisional.
"Ini penting karena ini momen politik, musim pemilu sehingga banyak beras yang diambil di luar pasar tradisional atau produsen besar. Ini yang harus di jaga oleh pemerintah untuk ke depan," sebut Reynaldi.
Saksikan video di bawah ini:
Peningkatan kualitas
Sudahkah kalian mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan untuk membangun perkebunan kopi? Bercocok tanam kopi bukanlah hal yang main-main karena ini membutuhkan investasi finansial dan temporal yang signifikan.
Sebagai permulaan, petani kopi harus membeli pupuk dan pestisida yang sesuai. Selain itu, mereka juga harus melatih tenaga kerja mereka soal penanaman, pemupukan, penyiangan, hingga pemanenan biji kopi yang selektif.
Tak hanya itu saja, petani juga harus menunggu lebih dari setahun untuk memanen biji kopi. Mereka juga harus mengetahui ketinggian tempat tumbuh, komposisi tanah, dan varietas kopi yang ditanam untuk menghasilkan yang berkualitas.
Video: Warga RI! Ada Bantuan Beras 10 Kg di Januari-Februari 2025
KOMPAS.com - Bank Dunia menyebutkan, harga beras di Indonesia 20 persen lebih mahal dibandingkan harga beras di pasar global.
Harga beras di Indonesia juga disebut-sebut konsisten paling mahal di kawasan ASEAN.
Ironisnya, pendapatan rata-rata petani lokal justru dinilai tidak sebanding dengan melonjaknya harga beras.
Hasil Survei Pertanian Terpadu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pendapatan rata-rata petani kecil di Indonesia kurang dari 1 dollar AS atau sekitar Rp 15.199 per hari.
Artinya, pendapatan petani lokal hanya mencapai 341 dollar AS atau Rp 5,2 juta per tahun.
Catatan Bank Dunia menunjukkan, hanya 31 persen penduduk Indonesia yang mampu mendapatkan makanan sehat lantaran sulit membeli makanan bergizi seperti daging, telur, ikan, dan sayuran.
Lantas, mengapa harga beras di Indonesia mahal tetapi pendapatan rata-rata petani rendah?
Baca juga: Harga Beras Premium dan Medium per 1 Maret 2024, Ini Rinciannya
TEMPO.CO, Jakarta - Kelangkaan beras di sejumlah retail modern masih menjadi masalah yang harus dihadapi masyarakat. Bahkan, harga beras semakin mahal dan terus melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah sejak Maret 2023 silam.
Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras premium di tingkat pedagang eceran mencapai Rp16.430 per kilogram, naik Rp220 (1,36 persen) pada Kamis, 22 Februari 2024. Sedangkan satu kilogram beras medium seharga Rp14.280, naik Rp140 (0,99 persen).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantas, mengapa beras semakin langka dan mahal? Berikut alasan kelangkaan beras yang terjadi di Indonesia menurut para tokoh:
Anggota Komisi XI DPR RI Hidayatullah menilai kebijakan pemerintah yang terus mengucurkan bantuan sosial (bansos) beras diduga menjadi salah satu penyebab harga beras mahal dan langka di pasaran. Menurutnya, mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), faktor inflasi komoditas pangan adalah kontributor inflasi terbesar.
“Peranan komoditas makanan mencapai 74,21 persen, sedangkan non-makanan hanya 25,75 persen pada Maret 2023. Pemerintah harus segera mengatasi, apalagi disinyalir jor-joran bansos beras juga merupakan penyebab beras menjadi langka,” kata Hidayatullah dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu, 17 Februari 2024.
Dia juga menuturkan, faktor harga beras yang melambung tinggi disebabkan oleh dominasi pasar beras di dalam negeri dikuasai oleh sekelompok konglomerat, yang semestinya dikuasai negara melalui Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog). “Selain karena masalah keterbatasan stok, juga tata kelola beras selama ini masih amburadul,” ucapnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi membantah kelangkaan pasokan beras di tingkat retail akibat kebijakan pemerintah yang terus menggelontorkan bansos beras kepada masyarakat. Dia menilai bansos pangan justru dapat menahan atau mengendalikan harga beras agar tidak naik.
“Tidak ada hubungannya sama sekali dengan bansos beras. Karena justru ini (bansos beras) yang bisa mengendalikan (harga), karena suplainya lewat bansos ke masyarakat,” ujar Jokowi usai meninjau cadangan beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Kamis, 15 Februari 2024.
Lebih lanjut, Presiden menyatakan kenaikan harga dan kelangkaan beras dipicu oleh hasil panen yang belum masuk ke pasar. Selain itu, distribusi beras juga terdampak oleh banjir, seperti di Demak dan Grobogan, Jawa Tengah.
Selanjutnya: El Nino dan Kampanye
Di sisi lain, peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi menjelaskan, ada beberapa faktor yang berperan pada kenaikan harga beras. “Salah satunya adalah kondisi cuaca yang mengakibatkan gagal panen di beberapa daerah penghasil beras, misalnya Cianjur,” katanya kepada Tempo, Selasa, 20 Februari 2024.
Dia mengungkapkan, fenomena El Nino menyebabkan musim kemarau berkepanjangan, sehingga suplai beras berkurang. Selain itu, terdapat faktor permintaan yang meningkat di tengah masa kampanye Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Dia menyebut beras sering masuk dalam program tebus murah paket sembako di tahun politik.
Ketua Umum (Ketum) Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey menuturkan keterbatasan suplai beras premium di tingkat ritel karena masa panen yang belum terjadi. “Saat ini peritel mulai kesulitan mendapatkan supply beras tipe premium lokal kemasan 5 kilogram,” ucapnya dalam keterangan resminya, Jumat, 9 Februari 2024.
Adapun masa panen diperkirakan baru terjadi pada pertengahan Maret 2024. Secara bersamaan, kata Roy, beras medium program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang diimpor pemerintah juga belum masuk ke Indonesia.
Ketum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menjelaskan, keterbatasan pasokan gabah berimbas pada kelangkaan beras di gerai ritel. “Penyebab utama dimulai dari ketersediaan gabah yang terbatas – menyulitkan penggilingan padi untuk mendapatkan gabah – karena turunnya produksi,” ujarnya kepada Tempo melalui pesan singkat WhatsApp, Minggu, 18 Februari 2024.
Selain karena belum panen raya, dia menyebut, terjadi persaingan usaha tidak sehat antara penggilingan padi skala besar dan kecil. Tak hanya itu, masalah rantai pasok dari hulu ke hilir yang tidak pernah usai juga berkontribusi pada kelangkaan beras.
Secara umum kelangkaan pupuk terjadi sebagai akibat dari perang antar Rusia-Ukraina yang telah memberikan dampak besar bagi ketersediaan dan stabilitas harga pupuk dunia. Hal ini disebabkan kedua negara tersebut merupakan negara terbesar pemasok unsur terpenting dalam produksi pupuk, yaitu Fosfat (P) dan Kalium (K).
Untuk menjaga ketersediaan dan stabilitas pupuk bersubsidi, pemerintah telah melakukan pembaharuan kebijakan dengan menetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian. Permentan tersebut ditetapkan pada tanggal 6 Juli 2022 oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Terdapat beberapa perubahan kebijakan yang perlu diketahui dan diperhatikan oleh masyarakat luas, terutama para petani. Diantaranya, komoditas yang disubsidi sebelumnya berjumlah lebih dari 60 jenis, dalam Permentan Nomor 10 Tahun 2022 kini mengatur penyaluran pupuk bersubsidi diprioritaskan pada 9 komoditas utama berdasarkan kebutuhan pangan pokok negara. Sembilan komoditas utama yang dimaksud adalah Padi, Jagung, Kedelai, Cabai, Bawang Merah, Bawang Putih, Kopi, Tebu, dan Kakao, dengan luas kepemilikan lahan maksimal 2 Ha per petani.
Begitu pula perubahan pada jumlah jenis pupuk bersubsidi yang semula terdapat 6 jenis pupuk yaitu ZA, Urea, SP-36, NPK, Pupuk Organik, dan Pupuk Organik Cair, berubah menjadi 2 jenis pupuk saja yaitu Urea dan NPK. Urea dan NPK dipertimbangkan sebagai pupuk yang mengandung unsur hara makro esensial yang harus selalu tersedia karena berfungsi dalam proses metabolisme dan biokimia sel tanaman. Maka dari itu, kedua pupuk tersebut dijadikan sebagai pupuk prioritas dan dianggap cukup untuk mendongkrak produktivitas 9 komoditas utama yang disubsidi.
Penetapan alokasi pupuk bersubsidi di tingkat kabupaten dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu a) Data spasial lahan milik petani; b) Usulan alokasi pupuk dari kecamatan melalui e-RDKK; dan c) Alokasi pupuk bersubsidi kabupaten. Alokasi pupuk bersubsidi tingkat kabupaten akan lebih dirinci berdasarkan kecamatan, jenis pupuk, jumlah, CPCL, serta sebaran bulanan. Para petani penerima pupuk bersubsidi harus merupakan petani yang tergabung dalam kelompok tani, terdaftar di dalam SIMLUHTAN (Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian) dan e-alokasi, serta memiliki kartu tani yang dapat digunakan untuk membeli pupuk subsidi di kios-kios tersedia.
Mekanisme penebusan pupuk bersubsidi menggunakan kartu tani sebagai berikut:
Apabila kartu tani belum tersedia di suatu wilayah, maka penebusan dapat dilakukan dengan menggunakan KTP dengan mekanisme antara lain sebagai berikut :
Kondisi yang terjadi di Desa Babakanreuma dan Desa Kertawangunan Kecamatan Sindangagung sebagaimana pemberitaan di media online tanggal 2 November 2023 yang berkaitan dengan masalah kelangkaan pupuk, pada tanggal 4 November 2023, tim Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan telah melakukan identifikasi lapangan dengan hasil sebagai berikut :
Stok dan ketersediaan pupuk subsidi di Kabupaten Kuningan masih aman dan tidak ada kelangkaan, mengingat penyerapan pupuk subsidi oleh petani masih kurang, baru mencapai 55% sampai dengan bulan September 2023. Kendala utama kesulitan pembelian pupuk subsidi, antara lain kendala pada kartu tani, pagu alokasi pupuk di bawah dosis anjuran, pembatasan jenis pupuk bersubsidi hanya urea dan NPK, dan pembatasan jenis komoditas hanya pada sembilan komoditas yaitu padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, kopi, tebu, dan kakao, serta luas kepemilikan lahan maksimal 2 hektare per petani.
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras terpantau masih melanjutkan kenaikan. Bahkan cetak rekor baru dan semakin menjauhi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sejak Maret 2023 lalu.
Panel Harga Badan Pangan mencatat, harga beras secara rata-rata harian nasional di tingkat eceran pada hari Selasa, 13 Februari 2024, naik masing-masing Rp50 dan Rp60 untuk beras premium dan medium. Harga beras premium jadi Rp15.800 per kg dan beras medium ke Rp13.890 per kg.
Sepekan sebelumnya, pada 6 Februari 2024, harga beras tercatat masih di Rp15.540 per kg premium dan medium di Rp13.630 per kg.
Sementara, berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional No 7/2023, pemerintah menetapkan HET beras berkisar Rp10.900-Rp11.800 per kg medium dan Rp13.900-14.800 per kg premium, tergantung zona masing-masing.
- Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi, HET beras medium senilai Rp. 10.900/kg sedangkan beras premium Rp 13.900/kg
- Zona 2 meliputi Sumatra selain Lampung dan Sumsel, NTT, dan Kalimantan, HET beras medium sebesar Rp 11.500/kg dan beras premium Rp 14.400/kg
- Zona ke-3 meliputi Maluku dan Papua, HET beras medium sebesar Rp 11.800/kg, dan untuk beras premium sebesar Rp 14.800/kg.
Tak cuma harganya yang masih mahal. Kini, beras premium pun dikeluhkan mulai langka. Pembeli mulai dibatasi.
Lalu, apa sebenarnya penyebab harga beras terus mahal? Dan, benarkah beras menipis gara-gara Presiden Joko Widodo (Jokowi) getol meluncurkan bantuan pangan?
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, harga pangan dunia yang berfluktuasi jadi salah satu penyebab harga beras terus naik.
"Tak hanya faktor harga pangan dunia, fluktuasi harga pangan juga ditentukan oleh musim tanam dan musim panen," katanya saat meninjau ketersediaan beras bersama Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi di Ramayana Klender, Jakarta Timur, Senin (12/2/2024).
Biaya tenaga kerja
Menanam kopi yang berkualitas membutuhkan banyak kerja keras. Bahkan yang terjadi di lapangan, penanaman, pemupukan, penyiangan, dan pemanenan biji kopi yang dilakukan secara manual melibatkan cukup banyak tenaga kerja.
Yang lebih rumit lagi, biji kopi umumnya matang pada tingkat yang berbeda sehingga akan memerlukan pemanenan yang cukup selektif. Maka dari itu, cara ini akhirnya menyebabkan peningkatan biaya tenaga kerja bagi pemiilik kebun.
Selain itu, sebagian besar perkebunan kopi terdapat di daerah tropis yang termasuk dalam wilayah berkembang sehingga perekonomiannya kurang stabil, lho. Negara penghasil kopi terbesar di Asia Tenggara salah satunya adalah Indonesia.
Petani kopi maupun koperasi di negara-negara ini acap menanggung sebagian besar biaya kopi, termasuk tenaga kerja. Bahkan faktanya, kebanyakan pemilik kebun hanya menerima sedikit subsidi pemerintah yang menyebabkan biaya bisnis meningkat.
Rantai pasokan kopi juga sangat panjang sebelum menjadi segelas americano atau latte, lho. Rantai ini membentang dari perkebunan kopi di Afrika, Asia, Amerika Tengah maupun Selatan hingga sampai ke toko kelontong atau kedai kopi di sekitar kita.
Setelah dipanen, biji kopi melewati beberapa proses yang tak mudah, termasuk pencucian, pengeringan, pemilihan kualitas, pengemasan, dan pengiriman. Sebagian besar konsumen berada di negara-negara Barat, sehingga biaya logistik bisa sangat tinggi.
Terlebih, biji kopi dikirim melalui beberapa persayatan. Paket yang dikirim harus mematuhi aturan dan tarif yang disesuaikan dengan aturan perdagangan internasional. Pada akhirnya, faktor-faktor inilah yang menaikkan harga rata-rata di kedai kopi.
Baca Juga: 10 Jenis Kopi yang Sering Dijumpai di Coffee Shop Indonesia
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Meski subur di wilayah tropis, tetapi proses pemanenan kopi rentan terhadap perubahan iklim. Bahkan perubahan pola curah hujan, peningkatan suhu, hama serta penyakit dapat memengaruhi kualitas hasil panen.
Tentunya, perubahan iklim tersebut bisa menyebabkan kelangkaan yang akan berdampak pada kenaikan harga rata-rata biji kopi di pasar global, nih. Sebab, pemilik kebun akhirnya akan mengeluarkan lebih banyak biaya bisni.
Peningkatan biaya bisnis ini dilakukan oleh pemilik kebun untuk memastikan hasil panen bagus sehingga menghasilkan biji kopi dengan kualitas yang lebih baik. Itulah sebabnya, petani secara terpaksa akan menaikkan harga jual karena situasi ini.
Evaluasi subsidi petani hingga peran pemerintah
Untuk mengatasi tingginya harga beras yang tidak sebanding dengan pendapatan rata-rata petani, Acuviarta mengimbau kepada pemerintah untuk memastikan subsidi atau bantuan untuk petani tepat sasaran dan diberikan sesuai dengan musim tanam.
Ia menyampaikan, tata kelola subsidi baik pupuk dan benih juga perlu dibenahi, termasuk masalah ekonomi yang dihadapi petani, seperti terjerat rentenir sehingga terpaksa menjual hasil panen ke tengkulak.
Di sisi lain, porsi pembelian pemerintah terhadap beras juga bisa memainkan peran cukup besar untuk mengatur harga beras di pasaran.
Saat ini, peran Bulog dalam menyerap beras hasil produksi para petani tidak lebih dari 15 persen. Artinya, 85 persen sisanya diserap oleh rantai distribusi swasta sehingga berdampak pada permainan harga beras.
"Jadi meskipun kita sudah impor atau panen raya, tapi harga beras tidak turun. Nah ini sangat miris sekali," ucap Acuviarta.
Sejak pandemi Covid-19 berakhir atau sekitar 2022 sampai sekarang, Indonesia belum dapat menstabilkan harga beras meski sudah melakukan berbagai kebijakan, seperti impor beras.
"Dibandingkan dengan tahun lalu, kenaikan harga beras secara year on year itu sudah lebih dari 30 persen," kata dia.
"Harga gabah kita pernah sama dengan harga beras impor. Ini sangat mengkhawatirkan," tandas Acuviarta.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Carolyn Turk membeberkan, harga beras di Indonesia mahal karena sejumlah hal.
Di antaranya kebijakan pemerintah terkait pembatasan impor dan kenaikan biaya produksi hingga pengetatan tata niaga melalui non tarif.
Masalah ini semestinya menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan karena Indonesia sendiri memiliki ambisi untuk menjadi negara maju pada tahun 2045.
Menurut Carolyn, langkah awal yang perlu diambil adalah memastikan keterjangkauan harga pangan khususnya beras sebagai salah satu sumber gizi bagi pembentukan sumber daya manusia (SDM).
Sebelumnya, Perum Bulog menggelar mengumpulkan pelaku industri beras dari seluruh dunia Indonesia Internasional Rice Conference (IIRC) 2024 yang berlangsung di Bali. Gelaran yang dihadiri kurang lebih 17 negara produsen beras utama dunia ini membahas berbagai macam isu dalam industri beras di dunia.
Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum Bulog Sonya Mamoriska Harahap menjelaskan, beras bukan sekadar tanaman pangan. Ada banyak arti di belakang beras ini seperti sumber kehidupan bagi lebih
Untuk itu, ketahanan pangan dalam hal ini beras menjadi isu seluruh masyarakat dunia. Banyak tantangan yang tengah dihadapi oleh industri beras dunia saat ini seperti perubahan iklim, gangguan ekonomi, dan ketegangan geopolitik yang memperumit lanskap produksi dan distribusi beras yang sudah kompleks.
"Ketahanan dalam konteks ini berarti lebih dari sekadar bertahan. Ini berarti berjuang di tengah kesulitan dengan mengembangkan dan menerapkan solusi efektif yang dapat mempertahankan produksi beras di tengah tantangan global ini," kata dia, Kamis (19/9/2024).
Sonya menjelaskan, pada hari ini produksi beras dihadapkan pada serangkaian masalah yang berdampak luas pada komunitas lokal dan sistem pangan global. Salah satu tantangan paling mendesak adalah perubahan iklim.
Pola cuaca yang tidak terduga, suhu yang meningkat, dan cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan mengganggu hasil panen beras di seluruh dunia.
"Perubahan ini tidak hanya mengganggu sistem pertanian, tetapi juga memperparah kelangkaan air, sumber daya penting untuk budidaya beras.